Herba UNJ

gravatar

nilai dan peran pengikut

Dalil yang menunjukkan bahwa kita harus bersikap kritis terhadap perintah pemimpin

Nilai dan peran pengikut
Apakah kita boleh mempertanyakan kebijkan pemimpin?
Tidak ada keunggulan bagi seorang pemimpin tanpa pengikut (baca :jundi) yang unggul. Ini adalah sunnah yang terlupakan dan berakibat pada penyandaran karya hanya kepada individu pemimpin secara personal. Akibatnya para pengikut tidak memiliki nilai apa-apa selain melayani pimpinannya. Hal ini cukup sering terjadi di keseharian kita ketika melihat seorang pemimpin hanya berupaya membesarkan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan perkembangan kemampuan para pengikutnya, akhirnya ini berdampak kepada macetnya kaderisasi yang ketika pemimpin ini sudah tidak ada lagi maka tidak akan ada penggantinya yang lebih baik atau sederajat, semuanya akan sangat jauh kualitasnya dari kualitas standar seorang pemimpin. Maka sebenarnya itu bukanlah tipe pemimpin yang tidak bisa mengembangkan potensi pengikutnya.




Kita umumnya melupakan tradisi kritis ilmiah terhadap paradigma anggota yang baik yang berkata
Yes Sir!
Pada umumnya, institusi-institusi itu menerapkan sistem manajemen sentralistik yang tidak tidak memperhatikan para pengikut yang memiliki kompetensi tinggi. Sementara orang-orang yang berada di pusat kekuasaan tertinggi cenderung mempekerjakan orang yang kompetensinya lebih rendah dari mereka, karena khawatir kehilangan pengaruh dari dalam institusi. Dan jargon yang mereka hafal dengan baik adalah Yes Sir!
Ketika itulah institusi-institusi itu melahirkan para pengikut yang latah. Juga melahirkan orang-orang yang tidak punya kompetensi apa-apa dan tidak muncul ke permukaan pada waktu krisis, bahkan berdampak negatif terhadap produktifitas.
Setuju, Pura-pura setuju atau pergi
Itu adalah ekspresi yang tepat bagi setiap orang yang tidak bertanggungjawab dalam mengemukakan pandangan yang berbeda. Sebuah ungkapan yang memberikan suasana represif dan hal tersebut bisa memberikan dampak negatif terhadap semua pihak.
Penyebabnya adalah kebiasaan patuh membabi buta.
Otak untuk di jual
Otak mereka di sewakan kepada pemimpin mereka. Tapi anehnya kita malah membanggakannya. Ada sebagian da’i atau guru yang membatasi bacaan para muridnya dan sampai berlebihan membatasi lingkungan sumber ilmu yang akan di dapatinya. Padahal ilmu itu dari mana saja dan siapa saja dan apa saja bisa menjadi sumber ilmu tergantung konteksnya.
Sementara tugas pemimpin yang benar adalah menempatkan setiap orang dalam bingkai yang fleksibel, sehingga ia bisa bergerak dan melejit. Oleh karena itu nabi shalallahu’alaihi wassalam menegaskannya dalam sebuah riwayat mengisahkan bahwa rosulullah mengirim pasukan khusus dibawah pimpinan seorang laki-laki Anshar dan memerintahkan pasukan itu untuk mematuhi pimpinan ini.
Kemudian sang komandan itu marah lalu berkata : Bukankah Rosululloh telah memerintahkan kalian untuk mematuhiku?
“Ya” Jawab mereka.
Lantas ia berkata : Kumpulkan kayu bakar
Maka merekapun mengumpulkannya
“Bakar Kayu itu seru sang komandan. Maka merekapun membakarnya
Lalu ia berseru : “Masuklah kalian ke dalamnya!”
Kemudian mereka bermaksud melakukannya, namun mereka kemudian berpegangan satu sama lain dan berkata : “Kami melarikan diri dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam dari api.”
Mereka terus seperti itu, sampai akhirnya berita itu sampai kepada Nabi shalallahu’alaihi wassalam, lalu beliau bersabda : “Andaikata mereka masuk ke dalam api itu, niscaya mereka tidak akan keluar dari sana sampai hari Kiamat. Kepatuhan itu hanya kepada yang ma’ruf. (HR.Bukhari dan Muslim)



Cari Blog Ini

Sponsor

Masukkan Code ini K1-AEBFA1-8 untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com